TUGASKU ADALAH MEMBERITAKAN INJIL
Ketika melayani di Serukam ada begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Tetapi Oma mampu memilih dan memutuskan apa yang menjadi tugas utama dan prioritas hidupnya, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya Tuhan Yesus. Oma terus berpegang teguh pada panggilan ini dan mengerjakannya dengan setia sampai masa tuanya. Terima kasih Oma untuk pelajaran yang sangat berharga agar terus berfokus pada panggilan untuk memberitakan Injil. Walaupun Oma tidak secara khusus memberikan kelas conversation kepada saya, tetapi saat berjumpa, Oma melatih saya dengan mengajak saya berbicara dalam bahasa Inggris.
Pengalaman lain yang kembali terkenang adalah ketika saya menjadi guru sekolah minggu untuk kelas kecil di Gereja PIBI Bethesda Serukam. Saya sempat menyaksikan Oma dengan setia menjemput seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun yang tinggal di dekat gereja untuk mengikuti sekolah minggu. Tidak hanya menjemput, Oma sendiri mendampingi anak tersebut di kelas sekolah minggu seperti ibu atau nenek anak-anak lain yang ada di kelas kecil pada waktu itu. Walaupun anak tersebut bukan cucunya, dengan penuh ketulusan dan kesungguhan, Oma menunjukkan kasihnya.
Di kemudian hari saya mengetahui bahwa sebelum anak laki-laki itu diijinkan untuk diajak ke sekolah minggu, Oma sudah lama mendoakan keluarga anak tersebut, termasuk kedua orang tuanya yang belum percaya Tuhan Yesus. Setiap Minggu pagi terlihat Oma menjemput anak tersebut dan beberapa kali, ketika Oma berhalangan, Oma meminta kami, guru-guru sekolah minggu untuk menjemputnya. Sebenarnya, bukan tanggung jawab Oma untuk menjemput dan mendampingi anak tersebut. Oma bisa saja menyerahkan penjemputan dan pendampingan anak tersebut kepada guru sekolah minggu yang sebenarnya lebih bertanggung jawab untuk itu. Tetapi, sesuatu yang luar biasa, yang menunjukkan bagaimana kasih dan kepeduliannya, Oma memilih untuk mengerjakan pelayanan itu secara langsung. Oma tidak hanya mempunyai visi yang teguh untuk memberitakan Injil, tetapi keteguhan visi itu ditunjukkannya secara nyata dengan setia mendoakan dan dalam tindakan aktif dengan menjemput, mendampingi, dan mengantarkan kembali ke rumahnya setelah selesai sekolah minggu. Semua itu dilakukan Oma dengan konsisten. Saya sungguh bersyukur dapat belajar dari Oma secara langsung, yaitu melihat kehidupan seorang misionaris yang sesungguhnya. Bagi saya, Oma telah menjadi role model dalam memberitakan Injil, bukan hanya melalui perkataan tetapi dalam keseharian hidupnya.
Kerohanian karyawan rumah sakit juga merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan Oma. Saya teringat, pada suatu hari Oma berkunjung ke poli gigi, yang pada waktu itu hanya ada saya dan Ibu Rita (sekarang beliau sudah pensiun). Oma mengajak kami membaca Alkitab dan berdoa. Seingat saya, sejak saat itulah poli gigi rutin mengadakan ibadah unit. Oma ingin kami bisa bertumbuh di dalam Tuhan melalui pembacaan Firman Tuhan dan berdoa. Sungguh bersyukur setelah sekian belas tahun sampai hari ini, termasuk pada masa pandemi Covid-19, poli gigi tetap setia melakukan ibadah unit secara mandiri. Program ini dilanjutkan oleh teman-teman dari bagian kerohanian seperti yang dilakukan oleh semua unit sampai hari ini.
Bukan hanya kerohanian karyawan rumah sakit yang menjadi kepedulian Oma. Kondisi keuangan rumah sakit pun menjadi perhatiannya. Terkenang pada suatu hari, ketika poli gigi masih berlokasi di bagian depan, yang sekarang sudah menjadi IGD, Oma datang ke poli gigi untuk melihat suhu AC. Pada remote tertera suhu 16°C. Dengan perlahan Oma menjelaskan bahwa sebaiknya diatur pada suhu 23°C atau lebih tinggi karena kalau di bawah 23°C akan menyedot listrik lebih banyak. Satu pelajaran berharga yang saya dapatkan dari Oma, walaupun sesuatu yang mungkin bagi kebanyakan orang merupakan hal yang sepele. Tetapi hal yang sedemikian sepele itu pun tetap diperhatikan Oma karena kepeduliaannya terhadap keberlangsungan pelayanan rumah sakit. Sejak saat itu saya mengingat hal ini dan berusaha melakukan penghematan pada barang-barang yang dipercayakan Tuhan kepada rumah sakit. Terima kasih Oma sudah berkunjung ke poli gigi pada waktu itu dan memberitahu saya tentang perkara kecil itu. Dari Oma saya belajar bahwa kepedulian terhadap perkara yang kecil seperti itu menunjukkan kesadaran akan anugerah Tuhan yang begitu besar bagi pelayanan RSU Bethesda Serukam.
Satu hal lagi yang menjadi kenangan yang tidak pernah saya lupakan tentang kepedulian Oma terhadap hal-hal yang kecil adalah Oma sangat mempedulikan kebersihan lingkungan. Berulang kali saya melihat setiap berjalan dari rumah sakit ke rumahnya di kompleks misi atau sebaliknya, Oma memungut sampah bekas pembungkus snack/permen atau berbagai sampah lainnya dan membuangnya ke tempat sampah. Hal itu Oma lakukan bukan sesekali, tetapi terus-menerus. Tanpa merasa tindakan itu akan merepotkan dirinya karena membuat tangannya kotor dan sebagainya, dengan rela Oma melakukan itu. Tentu tidak mudah bagi seorang lansia seperti Oma, membungkuk memunguti sampah sepanjang jalan. Saya sungguh terkesan dengan apa yang dilakukan Oma tersebut. Dengan penuh kesungguhan dan ketulusan, Oma mengekspresikan kasih dan rasa syukurnya yang begitu limpah kepada Tuhan dengan kepeduliannya yang begitu besar terhadap sesama manusia dan lingkungan. Terima kasih Tuhan, saya diberikan kesempatan yang sangat berharga dalam hidup ini untuk dapat belajar banyak dari Opa dan Oma. Miss you Opa & Oma.
Hanny Christina Widjaja